FILE DOC SUKU BURU lengkap rumah,lagu,makanan, cetita rakyat,tari


Bahasa  Suku Buru  
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK78xWo96fezGxRfjsG01YudsxCpWeZem7s0hTa77E1vOu1Hj_2gHoYLiJgKfzLw04lA1dh7OGnnDxOvypB-rG5G-_vbPiLCuGkRPwVfDuFXEbnfsMo7yVtyLjGPgPbSByeEYD6qhX1tA9/s1600/buru+1a.jpg
suku Buru
Suku Buru, adalah suatu kelompok etnis yang terdapat di pulau Buru yang merupakan pulau terbesar kedua setelah pulau Seram di provinsi Maluku Indonesia. Selain di pulau Buru mereka juga terdapat di beberapa pulau lain di Maluku. Populasi suku Buru diperkirakan sebesar 35.000 orang.

Suku Buru, menyebut diri mereka sebagai Gebfuka atau Gebemliar, yang berarti "orang dunia" atau "orang tanah". 

Bahasa sehari-hari suku Buru adalah mengggunakan bahasa Buru. Bahasa Buru termasuk kelompok bahasa Maluku Tengah dari bahasa Malayo-Polynesian. 

Bahasa Buru memiliki 3 sub-bahasa (dialek), yaitu:
·         bahasa Rana, diucapkan oleh suku Rana, 5.000 penutur, selain bahasa Rana, suku ini juga memiliki dialek rahasia, yaitu bahasa "Ligahan".
·         bahasa Masarete, diucapkan oleh suku Masarete
·         bahasa Sama Wae, diucapkan oleh suku Sama Wae
·         bahasa Fogi, diperkirakan sudah punah

sumber:
·         id wikipedia: suku buru
·         scribd: mengenal lebih dekat suku buru
sumber lain dan foto:










Rumah Adat Baileo (Balai)
Description: https://gpswisataindonesia.info/wp-content/uploads/2015/03/9fce4-baileonolloth-byhainuwele-ambon-man-300x233.jpg
Baileo, dalam Bahasa Indonesia memiliki arti Balai, merupakan tempat bermusyawarah dan pertemuan rakyat dengan dewan rakyat, seperti saniri negeri dan dewan adat, yang menunjukan bahwa sistem demokrasi sudah dikenal oleh rakyat lima-siwa sejak dulu. Bangunan Baileo ini merupakan satu-satunya bangunan peninggalan yang menggambarkan kebudayaan siwa-lima, karena itulah dipilih sebagai bangunan yang dapat mewakiliki daerah provinsi Maluku.

LAGU DAERAH

Amansira Oh... Amansira Tudalolale ana kami floline Tagal polo printa Fili fena Indonesia Kami ana to Fil pulau buru kad...
·                     Lagu Daerah Buru "Amansira"
Amansira Oh... Amansira Tudalolale ana kami floline Tagal polo printa Fili fena Indonesia Kami ana to Fil pulau buru kad...
·                     Lagu Daerah Buru “Tabuang Jauh”
“Tabuang Jauh” Tabuang jauh jauh bagini Tapisah dari gunung deng tanjong Di tanah buru yang manise Sio beta rindu ingin mau pu...






MAKANAN KHAS SUKU BURU
COLO-COLO
Description: http://burukab.go.id/wp-content/uploads/2017/08/COLO-COLO-300x225.jpg
RUJAK JIKUMERASA

Description: http://burukab.go.id/wp-content/uploads/2017/08/RUJAK-300x194.jpg

1. Senjata Tradisional SUKU BURU– Parang Salawaku

Description: Parang Salawaku Maluku
2. Senjata Tradisional SUKU BURU– Kalawai
Description: Kalawai khas Maluku
.


CERITA DARI PULAU BURU
Dikepung keindahan dan didera tragedi, Buru adalah pulau yang menjanjikan petualangan penuh kontradiksi.
Hampir setengah abad silam, Namlea hanyalah dusun yang sunyi, hening, seolah habis digerayangi perompak. “Tak tampak seorang pun di Namlea. Seperti dusun—kalau menggunakan ekspresi Melayu lama—sedang dikalahkan garuda,“ tulis Pramoedya Ananta Toer dalam Nyanyi Sunyi Seorang Bisu.
Di dusun pesisir itulah ratusan orang dibuang. Kaum komunis, atau yang dicap komunis, mendarat di pantainya dengan sebuah kapal besar pada 1969. Di pelabuhannya, Pram berlabuh sebagai tapol bersama ratusan orang lainnya. Sosoknya pesakitan berwajah pucat dan berpipi tirus. Sebentar lagi, saya akan merapat di pelabuhan yang sama.
Angin barat bertiup, mengempas feri yang membawa saya dari Ambon. Ombak di Laut Banda sedang mengamuk. Hati saya kecut memandang gulungan air. Laut ini juga yang dulu hampir mengaramkan kapal berkarat ADRI XV yang mengangkut Pram dan 800 narapidana lainnya. Kini, Namlea ramai dan sibuk bak sebuah kota kecil. Ketika kapal saya mendarat, pelabuhannya menyambut dengan cahaya suar yang semarak, lampu-lampu yang melambai-lambai di langit subuh. Para penumpang turun dengan mengangkut buntalan-buntalan dagangan. Mobil-mobil mewah keluar beriringan dari lambung kapal. Koridor pelabuhan dijejali barang yang menggunung. Buru memasok mayoritas kebutuhannya dari Ambon.
Saya menginap di sebuah hotel yang dihuni para bidadari pesolek. Barang sebentar, pintu kamar saya diketuk perempuan bertubuh sintal dan beraroma wangi. Niatnya sederhana: menawarkan jasa pijat yang menggiurkan. Tentu saja, tidak gratis. “Itu harga su kasih murah, kakak,” seorang perempuan berkata dengan dialek lemah gemulai yang dipaksakan. “Itu tidak sampai satu gram emas, toh?” “Tapi saya bukan penambang,” kata saya menimpali. Perempuan itu berlalu, namun tak berapa lama, perempuan sintal lainnya mengetuk dan menawarkan jasa serupa. Namlea, pintu gerbang Buru, mencegah saya tertidur di malam pertama.
Selamat datang di Buru, “a happy land somewhere,” tulis Pram dengan nada satir ketika pertama kali menjejakkan kakinya di pulau kaum buangan yang sekarang sibuk bersolek ini—sebuah transisi yang dipicu oleh penemuan emas tiga tahun silam. Seperti kata wanita penggoda di hotel, emas memang telah menjadi ukuran untuk banyak hal. Kilaunya telah mengubah drastis pamor pulau dengan sejarah kelam ini.
Logam mulia pula yang membiayai pembangunan masif di sini. Buru yang kelam barangkali hanya tersimpan dalam catatan Pram. Di Namlea, jalan aspal mulus terentang. Saat berkendara, saya bersisian dengan mobil-mobil mewah yang dikendarai sopir dengan kemampuan mengemudi yang mencemaskan. Beberapa kali saya hampir diseruduk. Di kiri dan kanan jalan, kontraktor sibuk mengerek rumah-rumah besar. Sebagian telah rampung. Warna atap dan dindingnya menohok. Sejumlah pusat perbelanjaan berdiri jemawa. Hotel tumbuh seperti cendawan di musim hujan.
 Kiri-kanan: Lasinem, ke Pulau Buru mengikuti suaminya yang tapol. Kini ia menetap di pulau tersebut; sirih pinang, sarana komunikasi sosial penduduk lokal.
Dari Namlea, saya berkendara ke Kecamatan Waeapo, wilayah pengasingan orang-orang buangan pasca-Gestapu. Waeapo berjarak sejam berkendara ke utara Namlea. Dari atas kendaraan yang melaju kencang, sejauh mata memandang tampak perbukitan yang ditumbuhi kayu putih dan merbau.
Inrehab. Begitu pemerintah menyebut wilayah pengasingan di Waeapo. Sedangkan masyarakat setempat menjulukinya “unit.” Di sinilah para tapol dulu meneroka belukar, menggali saluran irigasi, menciptakan lahan-lahan pertanian. Berkah kerja keras mereka barangkali kian terasa sekarang: Buru menjadi salah satu pemasok utama beras untuk Maluku.
Seekor nuri merah melintas di hadapan saya. Kicauannya bergema dalam sunyi. Saya kini tiba di Desa Savana Jaya, masih bagian dari “unit.” Desa dengan rumah-rumah kayu tua yang berjejer rapi. Di tengahnya ada gedung kesenian tua yang berlantai tanah. Di sisi lainnya, sebuah gereja, dengan tiang menghitam dan dinding compang-camping.

 

TARIAN SAWAT SUKU BURU

Description: http://www.bupolofest.com/upload/img_Sat-160806003458.jpg
Tarian Sawat Buru merupakan salah satu kekayaan Budaya kearifan membaur bersama keragaman etnis dan budaya masyarakat yang mendiami kabupaten Buru menciptakan keunikan dalam gelaran event Festival Pesona Bupolo 2016.
Tarian Sawat adalah perpaduan dari budaya Maluku dan budaya Timur Tengah. Pada beberapa abad silam, bangsa Arab datang untuk menyebarkan agama Islam di Maluku, kemudian terjadilah campuran budaya termasuk dalam hal musik. Terbukti pada beberapa alat musik Sawat, seperti rebana dan seruling yang mencirikan alat musik gurun pasir.
Selain Tarian Sawat ada Tarian yang Lebih Terkenal lagi di pulau Maluku yaitu Tarian Cakalele, Tarian Cakalele menggambarkan keperkasaan orang Maluku. Tari ini biasanya diperagakan oleh para pria dewasa sambil memegang Parang dan Salawaku (Perisai).
Ada juga Tarian lain seperti Saureka-Reka yang menggunakan pelepah pohon sagu. Tarian yang dilakukan oleh enam orang gadis ini sangat membutuhkan ketepatan dan kecepatan sambil diiringi irama musik yang sangat menarik. dan masih banyak lagi tarian lainnya, Tarian Bambu Gila dan Tarian Katreji. Maluku kaya akan budaya dan kerukunan umat beragama.




disini file doc nya

Comments

Popular posts from this blog

KLIPING BUDIDAYA 6 HEWAN KESAYANGAN

46 Macam-Macam Profesi & Pekerjaan dan Tugasnya DALAM BAHASA INGGRIS DAN ARTINYA LENGKAP

FILE DOC SUKU SAMIN rumah adat , makanan, lagu , tari , cerita rakyat