KERJA SAMA ASEAN DALAM BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA TAHUN 2017 - 2019


China – ASEAN Jalin Kemitraan Melalui Budaya
by Dimaz Hendra - July 30, 2018



Dalam kerangka ASEAN-China Relationship, Centre For ASEAN Public Relations Studies (CAPRS) sebagai Pusat Studi ASEAN di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi LSPR-Jakarta, menyambut undangan Ambassador China Mission to ASEAN, H.E. Xuang Xilian.
Acara ini juga merupakan China Mission – LSPR Youth Cultural Gathering  sebagai salah satu perwujudan dari pilar masyarakat sosial budaya ASEAN. Kegiatan ini mengutamakan bentuk kerja sama yang berorientasi dan berpusat pada masyarakat dengan tujuan memperkuat integrasi ASEAN, sekaligus memperkokoh kesadaran, kesetiakawanan, kemitraan, dan juga rasa kebersamaan terhadap ASEAN. Mahasiswa LSPR berkesempatan menampilkan budaya Indonesia melalui lagu tradisional daerah-daerah di penjuru Nusantara. Penampilan tersebut dinyanyikan langsung di hadapan para diplomat China Mission to ASEAN, sebagai sarana promosi keberagaman budaya Indonesia.
Dalam sambutannya, H.E. Xuang Xilian menyampaikan bahwa generasi muda merupakan matahari yang cerah dan dinamis bagi negaranya. Generasi muda di masa depan akan menjadi pemimpin yang memperkuat hubungan ASEAN dan China. “Pada tahun 2018, pemerintah China telah meluncurkan ‘Tahun Inovasi ASEAN-China’ yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama di bidang-bidang seperti inovasi teknologi dan ekonomi digital,” ujarnya.
ASEAN-China sepakat untuk terus memperbarui berbagai kegiatan dalam ‘Tahun Inovasi ASEAN-China’ ini, mencakup pernyataan bersama tentang sains, teknologi, dan inovasi. Pada tahun 2018 juga merupakan peringatan HUT ke-15 Kemitraan Strategis ASEAN-China. Sejak China menjadi mitra strategis ASEAN, dapat dikatakan bahwa China merupakan mitra dagang terbesar ASEAN selama sembilan tahun berturut-turut. Tercatat, pada 2017 nilai total perdagangan China – ASEAN telah mencapai US$514,82 miliar.
Sementara itu, total perdagangan China ke Indonesia bernilai Rp63,3 miliar. Dari hal ini manfaat yang dirasakan Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN adalah meningkatnya jumlah wisatawan China yang berkunjung ke Indonesia dan banyaknya mahasiwa Indonesia yang belajar ke China. Kemitraan strategis China dan ASEAN ini akan dilanjutkan oleh para generasi muda dalam meningkatkan konektivitas ASEAN, mempersempit kesenjangan pembangunan, dan mendorong kerja sama pembangunan.
Editor : Eva Martha Rahayu
Sumber : https://swa.co.id/swa/trends/china-asean-jalin-kemitraan-melalui-budaya

Kemenko PMK: AYIC Diproyeksikan Jadi Program ASEAN

Sabtu 03 Nov 2018 23:38 WIB
Penutupan ASEAN Youth Interfaith Camp (AYIC) di Puri den Bencingah, Klungkung, Bali, Sabtu (3/11).
Foto: Republika/Arif Satrio Nugroho
Kemenlu menyebut ke depan peserta makin banyak dan negara penyelenggaranya bergiliran
REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- ASEAN Youth Interfaith Camp (AYIC) yang diprakarsai oleh Kemenko Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Kemenlu dan Kemenag diproyeksikan untuk menjadi program yang dijalankan ASEAN.
"Ya ini memang harapannya kemarin disampaikan ke SOCA (Senior Officials Committee for the ASEAN Socio-Cultural Community) leader sepuluh negara ini, nanti di Asean ada namanya ASEAN trust fund, kemarin diusulkan mungkin pendanaannya melalui asean trust fund ini," kata Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama Kemenko PMK Yohan di Klungkung, Bali, Sabtu (2/11).
Yohan menuturkan, selama ini ASEAN trust fund belum dimaksimalkan Indonesia maupun negara ASEAN dalam program sosial budaya. Sehingga diharapkan dapat menjadi pembiayaan kegiatan multi religi atau multi budaya seperti AYIC. Dengan demikian, peserta AYIC di tahun berikutnya pun bisa lebih banyak. "Melalui pendanaan ini tidak hanya Indonesia tapi bergiliran dengan negara lain, harapan kita seperti itu," kata dia.
Sementara itu, Direktur Kerja Sama ASEAN di Bidang Sosial Kebudayaan Kementerian Luar Negeri, Riaz JP Saehu mengatakan, AYIC diproyeksikan untuk menjadi acara tahunan. AYIC, kata Riaz merupakan inisiatif dari Indonesia. "Ini diharapkan jadi program tetapnya ASEAN, dan ini masih digodok mekanismenya, mungkin ke depan peserta lebih banyak dan negara penyelenggara bisa giliran," kata Riaz, Sabtu (3/11).
Untuk diketahui, AYIC merupakan kegiatan yang diikuti para pemuda Asia Tenggara berupa kunjungan, diskusi dan seminar tentang toleransi beragama di sejumlah kota di Indoesia. AYIC 2018 dibuka di Jakarta dilanjutkan ke Yogyakarta dan Bali dengan 22 peserta dari negara-negara Asia Tenggara.
Terakhir, objek kunjungan AYIC adalah di Bali. Kegiatan AYIC 2018 di Bali disertai dengan kunjungan ke beberapa tempat ibadah di Bali, seperti Puja Mandala, komplek dimana lima tempat ibadah berdiri berdampingan; Desa Dalung, pemukiman dimana pemeluk agama Hindu dan Islam dengan harmonis; serta Pura Besakih, pura terbesar di Indonesia.
AYIC 2018 merupakan kegiatan yang diprakarsai oleh Kemenko PMK, Kemenlu, dan Kemenag sebagai bentuk implementasi ASEAN Declaration on Culture of Prevention yang telah diresmikan oleh Para Pemimpin Negara ASEAN dalam KTT ASEAN ke-31 di Manila tahun 2017. Rangkaian acara ini telah diawali dengan pertemuan antara para peserta AYIC dan Wakil Presiden RI pada tanggal 29 Oktober 2018. AYIC 2018 akan diakhiri dengan upacara penutupan pada tanggal 3 November 2018 di Puri den Bencingah, Bali.

Sumber : https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/11/03/phmm83349-kemenko-pmk-ayic-diproyeksikan-jadi-program-asean


Ketika Para Pemuda ASEAN Belajar Toleransi di Pulau Bali
Jumat 02 Nov 2018 22:59 WIB
Rep: Arif Satrio Nugroho / Red: Nashih Nashrullah

 Masjid dan gereja berdiri berdampingan di Nusa Dua Bali simbol kerukunan di Indonesia
Foto: Musiron Republika
Kegiatan ini untuk mengenalkan wawasan inklusivitas antarumat beragama.
REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG – Sebanyak 22 pemuda negara-negara ASEAN mengunjungi desa Dalung, Kuta Utara, Badung, Bali pada Jumat (2/11). Mereka merupakan peserta ASEAN Youth Interfaith Camp (AYIC) 2018 yang datang untuk belajar bagaimana toleransi berjalan di desa itu.
Para pemuda yang kebanyakan masih mahasiswa itu dikumpulkan di Gedung Serbaguna Banjar Bhineka Nusa Kauh, yang juga merupakan gedung olah raga (GOR) dengan beberapa lapangan bulutangkis. Para pemuda dari negara Asia Tenggara itu datang dan duduk di kursi plastik, layaknya acara kelurahan biasa.
"Ini memang kondisinya seperti ini, adik adik dikumpulkan semua di ruangan yang sederhana ini, tidak ada AC, ya memang sengaja dibuat seperti ini," kata tokoh masyarakat I Made Ngurah diikuti gelak tawa para pemuda tersebut.
Meski segalanya terasa sederhana, para peserta AYIC tampak bersemangat mengikuti diskusi yang dipimpin sekitar I Made Ngurah. Mereka tampak antusias mengamati arca arca di sekitar gedung hingga kekompakan para pecalang yang mengamankan acara mereka.
Acara pun berlangsung, para pemuda Asean itu mendengarkan penjelasan yang disampaikan Ngurah dan tokoh masyarakat lainnya. Ngurah menyampaikan bagaimana desa Dalung dapat hidup rukun meski terdiri dari berbagai agama dan suku masyarakatnya.
"Di sini semua agama enam-enamnya (agama) ada, bahkan yang kepercayaan juga ada, nah kita hidup bareng-bareng, kenapa bisa berdampingan, karena kita semua keluarga," ucap Ngurah.
Kebersamaan itu, kata Ngurah ditunjukkan dengan kegiatan masyarakat yang selalu dilakukan bersama, misalnya saat ada orang meninggal dari agama apapun. 
Bahkan, kata dia, pecalang atau penjaga desa yang di desa-desa Bali lainnya beragama Hindu, di Dalung para pecalang memiliki agama yang berbeda.
"Pecalang saja lintas agama di sini, lintas suku, ada yang Islam ada yang Kristen, ada yang dari Flores, semuanya bareng," kata Ngurah.
Para pemuda pun diberi kesempatan untuk menanyakan untuk berbagai hal. Kesempatan itu tidak dilewatkan begitu saja oleh para pemuda dari negara Asia Tenggara itu. 
Pertanyaan yang diajukan pun beragam, mulai dari pertanyaan seputar dekorasi di Bali hingga bagaimana kehidupan bermasyarakat di desa Dalung.
"Mengapa arca atau patung harus dipakaikan kain (sarung) kotak kotak," tanya seorang pemudi dari Brunei Darussalam. Semua pertanyaan pun dijawab dengan sabar oleh Ngurah dan tokoh lainnya hingga usai.
Direktur Kerjasama ASEAN di Bidang Sosial Kultural Riaz JP Saehi mengatakan, dipilihnya desa Dalung karena desa kecil tersebut dapat merepresentasikan pesan toleransi kehidupan beragama. 
"Jadi di Dalung mereka bisa lihat dan rasakan, bahkan diskusi sendiri dari tokoh masyarakatnya, seperti apasih toleransi, jadi pesannya tersampaikan," kata dia, Jumat (2/11).
Kepala Bagian Kerja Sama Luar Negeri Kemenko PMK Abdi Rizal, menuturkan, kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian AYIC 2018. ASEAN Culture of Prevention merupakan budaya di sektor hulu yang hendak diperkuat di kawasan ASEAN untuk mencegah terjadinya kekerasan akibat konflik beragama.
"Mereka itu kan future faith leader, atau diharapkan jadi pemimpin di bidang keagamaan di negara masing-masing, diharapkan mereka bisa mrnyerap danxmenanamkan nilai toleransi antar beragama di kehidupan negara ASEAN," kata Abdi Rizal. 
AYIC 2018 merupakan kegiatan yang diprakarsai Kemenko PMK, Kemenlu, dan Kemenag sebagai bentuk implementasi ASEAN Declaration on Culture of Prevention yang telah diresmikan oleh para pemimpin negara ASEAN dalam KTT ASEAN ke-31 di Manila pada 2017. 
Rangkaian acara ini diawali dengan pertemuan antara para peserta AYIC dan Wakil Presiden RI pada 29 Oktober 2018. AYIC 2018 akan diakhiri dengan upacara penutupan pada 3 November 2018 di Puri den Bencingah, Bali.

Indonesia Tuan Rumah Pertemuan the 8th ASEAN Ministers Responsible for Culture and Arts (AMCA)

24 Oktober 2018 

Yogyakarta, Kemendikbud – Sebagai komitmen Pemerintah dalam pemajuan kebudayaan, dan memperkuat peran Indonesia di kancah Internasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun ini mengambil peran sebagai tuan rumah pertemuan The 8th ASEAN Ministers Responsible for Culture and Arts (AMCA).

Pertemuan tersebut dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia, Muhadjir Effendy, di Hotel Hyatt Regency, Yogyakarta pada Selasa (24/10/2018). “Pertemuan ini menyatukan kita untuk menyamakan pandangan bagaimana memperkuat peran sektor budaya dalam membangun komunitas dan identitas ASEAN serta untuk menguatkan koordinasi pada tingkat nasional dan ASEAN,” ujar Mendikbud.

Ditambahkan Mendikbud, penyelenggaraan AMCA merupakan manifestasi dari upaya bersama untuk memperkuat kerja sama budaya antara negara-negara ASEAN. “Saya berharap pertemuan ini akan menghasilkan hal-hal yang sangat positif dalam bidang sosial budaya demi menuju ASEAN yang lebih inklusi, harmonis, sejahtera dan berorientasi pada rakyat. Selain itu, kita juga harus menjaga kerja sama jangka panjang dengan mitra dialog guna memperkaya maksud dan tujuan komunitas ASEAN,” ungkap Muhadjir dalam sambutannya.

Keberagaman budaya, kata Mendikbud, merupakan identitas kebangsaan Indonesia. Terdapat lebih dari 300 kelompok etnis di Indonesia, dan masing-masing etnis tersebut memiliki seperangkat aturan serta objek budaya yang berbeda. “Bagi kami keberagaman adalah aset yang berharga”, ucapnya.

Pertemuan AMCA tahun ini mengangkat tema “Embracing the ASEAN Culture of Prevention to Enrich ASEAN Identity”. Tema tersebut merupakan kelanjutan dari hasil 31st ASEAN Summit berupa “ASEAN Declaration on Culture of Prevention (CoP)”. Deklarasi tersebut bertujuan untuk menciptakan kedamaian, keterbukaan, kebangkitan, kesehatan, dan masyarakat yang harmonis.

Dengan adanya deklarasi tersebut, menurut Muhadjir, dapat mendorong terbentuknya kebijakan dan inisiatif membangun budaya pencegahan di tingkat pengambil kebijakan untuk selanjutnya diimplementasikan pada masyarakat luas. Selain itu, dapat mendorong dan memperkuat kesadaran serta pola pikir masyarakat dalam mempraktekan nilai-nilai positif.

Lebih lanjut Muhadjir menjelaskan tentang Empat Pilar Kebangsaan yang menjadi pemersatu bangsa. Pilar tersebut adalah Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika.

Lima prinsip Pancasila mengajarkan bangsa Indonesia untuk memiliki sikap toleran, saling menghormati, dan perilaku yang damai. “Pancasila menciptakan persatuan di dalam masyarakat yang majemuk seperti yang dirumuskan ke dalam semboyan negara “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua,” jelas Mendikbud.

Setelah 72 tahun kemerdekaan, kata Mendikbud, Indonesia saat ini sudah memiliki peraturan yang mengatur tentang budaya yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. “Saat ini, kami secara intensif terus mengembangkan dan memaksimalkan produk dan nilai-nilai budaya dengan mendorong dan memfasilitasi masyarakat untuk berpartisipasi lebih aktif,” terang Mendikbud.

Terdapat 4 strategi untuk mengimplementasikan regulasi tersebut yaitu perlindungan, pembangunan, pemanfaatan, dan pembinaan. Lebih lanjut, terdapat 10 obyek yang temasuk dalam regulasi tersebut yaitu tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, dan ritus.

“Indonesia siap untuk berpartisipasi aktif dalam melaksanakan ASEAN Declaration on Culture of Prevention, kami juga mengajak komunitas global melalui inisiasi seperti Bali Promise dan Bali Declaration dari World Culture Forum,” kata Mendikbud.

Sesuai tema “Embracing the ASEAN Culture of Prevention to Enrich ASEAN Identity” dan “Yogyakarta Declaration”, Mendikbud melihat bahwa forum ini adalah tempat yang tepat untuk mempromosikan peradaban persatuan dalam skala yang besar. “Jika anggota ASEAN dapat melaksanakannya, saya percaya bahwa negara lain akan mengikutinya”, tutur Mendikbud.

Pertemuan Menteri Bidang Kebudayaan se-ASEAN atau ASEAN Ministers Responsible for Culture and Arts (AMCA) didahului oleh pertemuan pejabat senior ASEAN yang bertanggung jawab untuk kebudayaan dan seni atau Senior Official Responsible for Culture and Arts (SOMCA) ASEAN yang dibuka pada Senin, 22 Oktober 2018 di Hotel Hyatt Regency, Yogyakarta. Dua pertemuan ini diikuti oleh 81 delegasi dari seluruh anggota negara ASEAN dan 3 negara wicara, yakni Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.

Program Unggulan Kemendikbud

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki program unggulan dalam bidang kebudayaan seperti Indonesiana, Kemah di Wilayah Perbatasan, dan Persemaian Budaya. Melalui program ini masyarakat dan generasi muda ditanamkan nilai-nilai positif dari kearifan lokal yang ada.

“Melalui Indonesiana, kami percaya akan menguatkan dan mengembangkan ekosistem budaya masyarakat yang akan mempertahankan kebelangsungan kearifan lokal suatu wilayah dengan memperkenalkan dan melakukan pertukaran budaya. Hal ini dilaksanakan bersama dengan pemerintah daerah, perusahaan swasta, dan komunitas budaya. Saling mengakui dan memahami antar komunitas akan menciptakan keharmonisan, kedamaian, dan persatuan,” ungkap Muhadjir.

Selain program tersebut, Kemendikbud menginisiasi program lainnya yang tidak kalah penting yaitu membentuk Pokok-pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD), merupakan rencana kerja berdasarkan data dan fakta dari masyarakat. Rencana ini membantu Pemerintah dalam mengukur ketercapaian implementasi dari Undang-undang.

Yogyakarta, 24 Oktober 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Sumber : SIARAN PERS Nomor: 209/A5.3/HM/X/2018



Indonesia-Filipina Genjot Kerjasama Bisnis dan Sosial Budaya




Liputan6.com, Jakarta Didaulat sebagai Guest of Honor, Konsul Jenderal Berlian Napitupulu menyampaikan keynoteSpeech pada perayaan Hari Ulang tahun ke -17 dan Festival Bisnis ke-7(17th CHARTER ANNIVERSARY &6TH NEGOSYO FESTIVAL  2017) di Koronadal City (190 tenggara Davao City), Provinsi South Cotabato Filipina Selatan pada 8 Oktober 2017.
Mengawali pidatonya, Konjen Berlian Napitupulu menyatakan: “Indonesia and Philippines have enjoyed long and cordial relations, and have many things in common, and I am proud to say that Philippines is one of the countries that we call as friend as well as brothers. As President Rodrigo Roa Duterte once said: Indonesia is not only a friend but also brother to the Philippines”, ujar Konjen Berlian.
Dengan gaya candaannya yang khas, Konjen Berlian menjelaskan dengan sangat menarik mengenai kedekatan geografis, kemiripan budaya dan bahasa yang dimiliki oleh masyarakat Mindanao dan Indonesia. Hal-hal tersebut semestinya memudahkan kita  untuk mengenal satu sama lain dan mendorong people-to-people contact. 
Untuk itu Konjen mengajak Pemerintah Kota Koronadal dan warganya untuk menggalang kerja sama yang konkrit dan saling menguntungkan dengan Indonesia, khususnya dengan Sulawesi dan bagian timur Indonesia yang secara geografis lebih dekat.
"Hanya 4 jam naik perahu nelayan (pump boat) penduduk Mindanao sudah bisa mencapai Kepulauan Marore atau Mianggas Provinsi Sulawesi Utara", tegas Berlian.
"Bidang kerja sama yang bisa majukan antara lain: perdagangan, kebudayaan, pertukaran pelajar, olah raga termasuktouring sepeda motor", ujar Konjen. Berlian mengusulkan Touring dati Mindanao ke Manado, mengingat Walikota Koronadal dr. Peter Miguel adalah Ketua Asosiasi Speda Motor Nasional Filipina  yang sehari sebelumnya mendapat Guinnes Book of Records.
Usai menyampaikan Keynote Speech, Konjen Berlian juga diminta menjadi pembicara bersama Walikota dalam Forum Bisnis Peluang Kerja Sama Indonesia-Mindanao.
Dalam forum yang dihadiri para pelaku usaha dan media setempat, Konjen Berlian memaparkan potensi kerja sama ekonomi khususnya di bidang perdagangan dan agroindustri. Konjen menyampaikan bahwa “sebagai produsen utama berbagai jenis komoditas agrikultur seperti sawit, kopi, kakao, karet, tembakau, cengkeh dan lainnya, Indonesia mengandalkan sektor agrikultur  sebagai basis perekonomiannya, sebagaimana halnya Mindanao, yang disebut sebagai “the fruit basket of the Philippines”.
“Kendati Indonesia dan Filipina memiliki kesamaan dalam komoditas, namun bukan berarti kita kompetitor yang saling menghancurkan. Sebaliknya kita dapat menjalin kerja sama yang komplementer dalam hal ekspor-impor.  Kita dapat meningkatkan kerja sama saling menguntungkan termasuk kerja sama teknis dan capacity building di bidang agrikultur” ujar Konjen Berlian.
Berlian juga mengajak agar pengusaha dan masyarakat kedua negara untuk memanfaatkan konektivitas laut Davao-Gensan-Bitung yang telah diresmikan oleh Presiden Duterte dan Presiden Joko Widodo di Davao pada April lalu.
Dengan konektivitas tersebut jalur laut yang selama ini 2-3 minggu telah dipangkas menjadi hanya 36 jam. Logikanya ongkos kapal pun akan menjadi lebih murah. Kendalanya saat ini adalah minimnya muatan kapal. Tentunya kendala itu akan teratasi jika kita meningkatkan perdagangan langsung kedua negara dengan memanfaatkan jalur laut Davao-Bitung  secara intensif.
Untuk mendukung upaya itu, KJRI Davao City menyelenggarakan sejumlah kegiatan promosi seperti 12 trade expo dan 4 business matchingtrade mission sepanjang tahun ini.
Menanggapi hal tersebut, Walikota Peter B. Miguel turut mengajak para pengusaha Koronadal untuk memanfaatkan peluang-peluang tersebut dan mendukung upaya promosi KJRI demi peningkatkan hubungan kerja sama ekonomi kedua wilayah.
Menutup pertemuan tersebut, Konjen kembali menekankan “will continue to promote friendship, brotherhood, and cooperation mutually beneficial, with one thing in mind: for the betterment of country Indonesia and Philippines especially Mindanao and for the benefit and prosperity of our two peoples” yang disambut tepuk tangan meriah para peserta forum bisnis tersebut.
Sumber : https://www.liputan6.com/news/read/3133889/indonesia-filipina-genjot-kerjasama-bisnis-dan-sosial-budaya

Comments

Popular posts from this blog

Tari Tradisional Adat Suku Daerah

46 Macam-Macam Profesi & Pekerjaan dan Tugasnya DALAM BAHASA INGGRIS DAN ARTINYA LENGKAP

KLIPING BUDIDAYA 6 HEWAN KESAYANGAN