KERJA SAMA ASEAN DALAM BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA TAHUN 2017 - 2019
China – ASEAN Jalin Kemitraan
Melalui Budaya
by Dimaz Hendra - July
30, 2018
Dalam
kerangka ASEAN-China Relationship, Centre For ASEAN Public Relations
Studies (CAPRS) sebagai Pusat Studi ASEAN di Sekolah Tinggi Ilmu
Komunikasi LSPR-Jakarta, menyambut undangan Ambassador China Mission to ASEAN,
H.E. Xuang Xilian.
Acara ini
juga merupakan China Mission – LSPR Youth Cultural Gathering sebagai
salah satu perwujudan dari pilar masyarakat sosial budaya ASEAN. Kegiatan ini
mengutamakan bentuk kerja sama yang berorientasi dan berpusat pada masyarakat
dengan tujuan memperkuat integrasi ASEAN, sekaligus memperkokoh kesadaran,
kesetiakawanan, kemitraan, dan juga rasa kebersamaan terhadap
ASEAN. Mahasiswa LSPR berkesempatan menampilkan budaya Indonesia melalui
lagu tradisional daerah-daerah di penjuru Nusantara. Penampilan tersebut
dinyanyikan langsung di hadapan para diplomat China Mission to ASEAN, sebagai
sarana promosi keberagaman budaya Indonesia.
Dalam
sambutannya, H.E. Xuang Xilian menyampaikan bahwa generasi muda merupakan
matahari yang cerah dan dinamis bagi negaranya. Generasi muda di masa depan
akan menjadi pemimpin yang memperkuat hubungan ASEAN dan China. “Pada tahun
2018, pemerintah China telah meluncurkan ‘Tahun Inovasi ASEAN-China’ yang
bertujuan untuk meningkatkan kerjasama di bidang-bidang seperti inovasi
teknologi dan ekonomi digital,” ujarnya.
ASEAN-China
sepakat untuk terus memperbarui berbagai kegiatan dalam ‘Tahun Inovasi
ASEAN-China’ ini, mencakup pernyataan bersama tentang sains, teknologi, dan
inovasi. Pada tahun 2018 juga merupakan peringatan HUT ke-15 Kemitraan
Strategis ASEAN-China. Sejak China menjadi mitra strategis ASEAN, dapat
dikatakan bahwa China merupakan mitra dagang terbesar ASEAN selama sembilan
tahun berturut-turut. Tercatat, pada 2017 nilai total perdagangan China – ASEAN
telah mencapai US$514,82 miliar.
Sementara
itu, total perdagangan China ke Indonesia bernilai Rp63,3 miliar. Dari hal ini
manfaat yang dirasakan Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN adalah
meningkatnya jumlah wisatawan China yang berkunjung ke Indonesia dan banyaknya
mahasiwa Indonesia yang belajar ke China. Kemitraan strategis China dan ASEAN
ini akan dilanjutkan oleh para generasi muda dalam meningkatkan konektivitas
ASEAN, mempersempit kesenjangan pembangunan, dan mendorong kerja sama pembangunan.
Editor : Eva
Martha Rahayu
Sumber : https://swa.co.id/swa/trends/china-asean-jalin-kemitraan-melalui-budaya
Kemenko PMK:
AYIC Diproyeksikan Jadi Program ASEAN
Sabtu 03 Nov 2018
23:38 WIB
Penutupan ASEAN Youth Interfaith Camp (AYIC) di Puri
den Bencingah, Klungkung, Bali, Sabtu (3/11).
Foto:
Republika/Arif Satrio Nugroho
Kemenlu menyebut ke depan peserta makin
banyak dan negara penyelenggaranya bergiliran
REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- ASEAN Youth
Interfaith Camp (AYIC) yang diprakarsai oleh Kemenko Pembangunan Masyarakat dan
Kebudayaan (Kemenko PMK), Kemenlu dan Kemenag diproyeksikan untuk menjadi
program yang dijalankan ASEAN.
"Ya ini memang harapannya kemarin
disampaikan ke SOCA (Senior Officials Committee for the ASEAN Socio-Cultural
Community) leader sepuluh negara ini, nanti di Asean ada namanya ASEAN trust
fund, kemarin diusulkan mungkin pendanaannya melalui asean trust fund ini,"
kata Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama Kemenko PMK Yohan di Klungkung,
Bali, Sabtu (2/11).
Yohan menuturkan, selama ini ASEAN trust
fund belum dimaksimalkan Indonesia maupun negara ASEAN dalam program
sosial budaya. Sehingga diharapkan dapat menjadi pembiayaan kegiatan multi
religi atau multi budaya seperti AYIC. Dengan demikian, peserta AYIC di tahun
berikutnya pun bisa lebih banyak. "Melalui pendanaan ini tidak hanya
Indonesia tapi bergiliran dengan negara lain, harapan kita seperti itu,"
kata dia.
Sementara itu, Direktur Kerja Sama ASEAN di Bidang
Sosial Kebudayaan Kementerian Luar Negeri, Riaz JP Saehu mengatakan, AYIC
diproyeksikan untuk menjadi acara tahunan. AYIC, kata Riaz merupakan inisiatif
dari Indonesia. "Ini diharapkan jadi program tetapnya ASEAN, dan ini masih
digodok mekanismenya, mungkin ke depan peserta lebih banyak dan negara
penyelenggara bisa giliran," kata Riaz, Sabtu (3/11).
Untuk diketahui, AYIC merupakan kegiatan yang
diikuti para pemuda Asia Tenggara berupa kunjungan, diskusi dan seminar tentang
toleransi beragama di sejumlah kota di Indoesia. AYIC 2018 dibuka di Jakarta
dilanjutkan ke Yogyakarta dan Bali dengan 22 peserta dari negara-negara Asia
Tenggara.
Terakhir, objek kunjungan AYIC adalah di Bali.
Kegiatan AYIC 2018 di Bali disertai dengan kunjungan ke beberapa tempat ibadah
di Bali, seperti Puja Mandala, komplek dimana lima tempat ibadah berdiri
berdampingan; Desa Dalung, pemukiman dimana pemeluk agama Hindu dan Islam
dengan harmonis; serta Pura Besakih, pura terbesar di Indonesia.
AYIC 2018 merupakan kegiatan yang diprakarsai
oleh Kemenko PMK, Kemenlu, dan Kemenag sebagai bentuk implementasi ASEAN
Declaration on Culture of Prevention yang telah diresmikan oleh Para Pemimpin
Negara ASEAN dalam KTT ASEAN ke-31 di Manila tahun 2017. Rangkaian acara ini
telah diawali dengan pertemuan antara para peserta AYIC dan Wakil Presiden RI
pada tanggal 29 Oktober 2018. AYIC 2018 akan diakhiri dengan upacara penutupan
pada tanggal 3 November 2018 di Puri den Bencingah, Bali.
Sumber : https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/11/03/phmm83349-kemenko-pmk-ayic-diproyeksikan-jadi-program-asean
Ketika Para Pemuda ASEAN Belajar Toleransi di
Pulau Bali
Jumat 02 Nov 2018 22:59 WIB
Rep: Arif
Satrio Nugroho / Red: Nashih Nashrullah
Foto:
Musiron Republika
Kegiatan ini
untuk mengenalkan wawasan inklusivitas antarumat beragama.
REPUBLIKA.CO.ID,
BADUNG – Sebanyak 22 pemuda negara-negara ASEAN mengunjungi desa Dalung, Kuta
Utara, Badung, Bali pada Jumat (2/11). Mereka merupakan peserta ASEAN Youth
Interfaith Camp (AYIC) 2018 yang datang untuk belajar bagaimana
toleransi berjalan di desa itu.
Para pemuda
yang kebanyakan masih mahasiswa itu dikumpulkan di Gedung Serbaguna Banjar
Bhineka Nusa Kauh, yang juga merupakan gedung olah raga (GOR) dengan beberapa
lapangan bulutangkis. Para pemuda dari negara Asia Tenggara itu datang dan
duduk di kursi plastik, layaknya acara kelurahan biasa.
"Ini
memang kondisinya seperti ini, adik adik dikumpulkan semua di ruangan yang
sederhana ini, tidak ada AC, ya memang sengaja dibuat seperti ini," kata
tokoh masyarakat I Made Ngurah diikuti gelak tawa para pemuda tersebut.
Meski
segalanya terasa sederhana, para peserta AYIC tampak bersemangat mengikuti
diskusi yang dipimpin sekitar I Made Ngurah. Mereka tampak antusias mengamati
arca arca di sekitar gedung hingga kekompakan para pecalang yang mengamankan
acara mereka.
Acara pun
berlangsung, para pemuda Asean itu mendengarkan penjelasan yang disampaikan
Ngurah dan tokoh masyarakat lainnya. Ngurah menyampaikan bagaimana desa Dalung
dapat hidup rukun meski terdiri dari berbagai agama dan suku masyarakatnya.
"Di
sini semua agama enam-enamnya (agama) ada, bahkan yang kepercayaan juga
ada, nah kita hidup bareng-bareng, kenapa bisa berdampingan,
karena kita semua keluarga," ucap Ngurah.
Kebersamaan
itu, kata Ngurah ditunjukkan dengan kegiatan masyarakat yang selalu dilakukan
bersama, misalnya saat ada orang meninggal dari agama apapun.
Bahkan, kata
dia, pecalang atau penjaga desa yang di desa-desa Bali lainnya beragama Hindu,
di Dalung para pecalang memiliki agama yang berbeda.
"Pecalang
saja lintas agama di sini, lintas suku, ada yang Islam ada yang Kristen, ada
yang dari Flores, semuanya bareng," kata Ngurah.
Para pemuda
pun diberi kesempatan untuk menanyakan untuk berbagai hal. Kesempatan itu tidak
dilewatkan begitu saja oleh para pemuda dari negara Asia Tenggara itu.
Pertanyaan
yang diajukan pun beragam, mulai dari pertanyaan seputar dekorasi di Bali
hingga bagaimana kehidupan bermasyarakat di desa Dalung.
"Mengapa
arca atau patung harus dipakaikan kain (sarung) kotak kotak," tanya
seorang pemudi dari Brunei Darussalam. Semua pertanyaan pun dijawab dengan
sabar oleh Ngurah dan tokoh lainnya hingga usai.
Direktur
Kerjasama ASEAN di Bidang Sosial Kultural Riaz JP Saehi mengatakan, dipilihnya
desa Dalung karena desa kecil tersebut dapat merepresentasikan pesan toleransi
kehidupan beragama.
"Jadi
di Dalung mereka bisa lihat dan rasakan, bahkan diskusi sendiri dari tokoh
masyarakatnya, seperti apasih toleransi, jadi pesannya tersampaikan," kata
dia, Jumat (2/11).
Kepala
Bagian Kerja Sama Luar Negeri Kemenko PMK Abdi Rizal, menuturkan, kegiatan ini
merupakan bagian dari rangkaian AYIC 2018. ASEAN Culture of Prevention merupakan
budaya di sektor hulu yang hendak diperkuat di kawasan ASEAN untuk mencegah
terjadinya kekerasan akibat konflik beragama.
"Mereka
itu kan future faith leader, atau diharapkan jadi
pemimpin di bidang keagamaan di negara masing-masing, diharapkan mereka bisa
mrnyerap danxmenanamkan nilai toleransi antar beragama di kehidupan negara
ASEAN," kata Abdi Rizal.
AYIC 2018
merupakan kegiatan yang diprakarsai Kemenko PMK, Kemenlu, dan Kemenag sebagai
bentuk implementasi ASEAN Declaration on Culture of Prevention yang telah
diresmikan oleh para pemimpin negara ASEAN dalam KTT ASEAN ke-31 di Manila pada
2017.
Rangkaian
acara ini diawali dengan pertemuan antara para peserta AYIC dan Wakil Presiden
RI pada 29 Oktober 2018. AYIC 2018 akan diakhiri dengan upacara penutupan pada
3 November 2018 di Puri den Bencingah, Bali.
Indonesia Tuan Rumah Pertemuan the 8th ASEAN
Ministers Responsible for Culture and Arts (AMCA)
24 Oktober 2018
Yogyakarta, Kemendikbud – Sebagai komitmen
Pemerintah dalam pemajuan kebudayaan, dan memperkuat peran Indonesia di kancah
Internasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun ini
mengambil peran sebagai tuan rumah pertemuan The 8th ASEAN Ministers
Responsible for Culture and Arts (AMCA).
Pertemuan tersebut dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia, Muhadjir Effendy, di Hotel Hyatt Regency, Yogyakarta pada Selasa (24/10/2018). “Pertemuan ini menyatukan kita untuk menyamakan pandangan bagaimana memperkuat peran sektor budaya dalam membangun komunitas dan identitas ASEAN serta untuk menguatkan koordinasi pada tingkat nasional dan ASEAN,” ujar Mendikbud.
Ditambahkan Mendikbud, penyelenggaraan AMCA merupakan manifestasi dari upaya bersama untuk memperkuat kerja sama budaya antara negara-negara ASEAN. “Saya berharap pertemuan ini akan menghasilkan hal-hal yang sangat positif dalam bidang sosial budaya demi menuju ASEAN yang lebih inklusi, harmonis, sejahtera dan berorientasi pada rakyat. Selain itu, kita juga harus menjaga kerja sama jangka panjang dengan mitra dialog guna memperkaya maksud dan tujuan komunitas ASEAN,” ungkap Muhadjir dalam sambutannya.
Keberagaman budaya, kata Mendikbud, merupakan identitas kebangsaan Indonesia. Terdapat lebih dari 300 kelompok etnis di Indonesia, dan masing-masing etnis tersebut memiliki seperangkat aturan serta objek budaya yang berbeda. “Bagi kami keberagaman adalah aset yang berharga”, ucapnya.
Pertemuan AMCA tahun ini mengangkat tema “Embracing the ASEAN Culture of Prevention to Enrich ASEAN Identity”. Tema tersebut merupakan kelanjutan dari hasil 31st ASEAN Summit berupa “ASEAN Declaration on Culture of Prevention (CoP)”. Deklarasi tersebut bertujuan untuk menciptakan kedamaian, keterbukaan, kebangkitan, kesehatan, dan masyarakat yang harmonis.
Dengan adanya deklarasi tersebut, menurut Muhadjir, dapat mendorong terbentuknya kebijakan dan inisiatif membangun budaya pencegahan di tingkat pengambil kebijakan untuk selanjutnya diimplementasikan pada masyarakat luas. Selain itu, dapat mendorong dan memperkuat kesadaran serta pola pikir masyarakat dalam mempraktekan nilai-nilai positif.
Lebih lanjut Muhadjir menjelaskan tentang Empat Pilar Kebangsaan yang menjadi pemersatu bangsa. Pilar tersebut adalah Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika.
Lima prinsip Pancasila mengajarkan bangsa Indonesia untuk memiliki sikap toleran, saling menghormati, dan perilaku yang damai. “Pancasila menciptakan persatuan di dalam masyarakat yang majemuk seperti yang dirumuskan ke dalam semboyan negara “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua,” jelas Mendikbud.
Setelah 72 tahun kemerdekaan, kata Mendikbud, Indonesia saat ini sudah memiliki peraturan yang mengatur tentang budaya yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. “Saat ini, kami secara intensif terus mengembangkan dan memaksimalkan produk dan nilai-nilai budaya dengan mendorong dan memfasilitasi masyarakat untuk berpartisipasi lebih aktif,” terang Mendikbud.
Terdapat 4 strategi untuk mengimplementasikan regulasi tersebut yaitu perlindungan, pembangunan, pemanfaatan, dan pembinaan. Lebih lanjut, terdapat 10 obyek yang temasuk dalam regulasi tersebut yaitu tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, dan ritus.
“Indonesia siap untuk berpartisipasi aktif dalam melaksanakan ASEAN Declaration on Culture of Prevention, kami juga mengajak komunitas global melalui inisiasi seperti Bali Promise dan Bali Declaration dari World Culture Forum,” kata Mendikbud.
Sesuai tema “Embracing the ASEAN Culture of Prevention to Enrich ASEAN Identity” dan “Yogyakarta Declaration”, Mendikbud melihat bahwa forum ini adalah tempat yang tepat untuk mempromosikan peradaban persatuan dalam skala yang besar. “Jika anggota ASEAN dapat melaksanakannya, saya percaya bahwa negara lain akan mengikutinya”, tutur Mendikbud.
Pertemuan Menteri Bidang Kebudayaan se-ASEAN atau ASEAN Ministers Responsible for Culture and Arts (AMCA) didahului oleh pertemuan pejabat senior ASEAN yang bertanggung jawab untuk kebudayaan dan seni atau Senior Official Responsible for Culture and Arts (SOMCA) ASEAN yang dibuka pada Senin, 22 Oktober 2018 di Hotel Hyatt Regency, Yogyakarta. Dua pertemuan ini diikuti oleh 81 delegasi dari seluruh anggota negara ASEAN dan 3 negara wicara, yakni Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.
Program Unggulan Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki program unggulan dalam bidang kebudayaan seperti Indonesiana, Kemah di Wilayah Perbatasan, dan Persemaian Budaya. Melalui program ini masyarakat dan generasi muda ditanamkan nilai-nilai positif dari kearifan lokal yang ada.
“Melalui Indonesiana, kami percaya akan menguatkan dan mengembangkan ekosistem budaya masyarakat yang akan mempertahankan kebelangsungan kearifan lokal suatu wilayah dengan memperkenalkan dan melakukan pertukaran budaya. Hal ini dilaksanakan bersama dengan pemerintah daerah, perusahaan swasta, dan komunitas budaya. Saling mengakui dan memahami antar komunitas akan menciptakan keharmonisan, kedamaian, dan persatuan,” ungkap Muhadjir.
Selain program tersebut, Kemendikbud menginisiasi program lainnya yang tidak kalah penting yaitu membentuk Pokok-pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD), merupakan rencana kerja berdasarkan data dan fakta dari masyarakat. Rencana ini membantu Pemerintah dalam mengukur ketercapaian implementasi dari Undang-undang.
Yogyakarta, 24 Oktober 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Sumber : SIARAN PERS Nomor: 209/A5.3/HM/X/2018
Pertemuan tersebut dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia, Muhadjir Effendy, di Hotel Hyatt Regency, Yogyakarta pada Selasa (24/10/2018). “Pertemuan ini menyatukan kita untuk menyamakan pandangan bagaimana memperkuat peran sektor budaya dalam membangun komunitas dan identitas ASEAN serta untuk menguatkan koordinasi pada tingkat nasional dan ASEAN,” ujar Mendikbud.
Ditambahkan Mendikbud, penyelenggaraan AMCA merupakan manifestasi dari upaya bersama untuk memperkuat kerja sama budaya antara negara-negara ASEAN. “Saya berharap pertemuan ini akan menghasilkan hal-hal yang sangat positif dalam bidang sosial budaya demi menuju ASEAN yang lebih inklusi, harmonis, sejahtera dan berorientasi pada rakyat. Selain itu, kita juga harus menjaga kerja sama jangka panjang dengan mitra dialog guna memperkaya maksud dan tujuan komunitas ASEAN,” ungkap Muhadjir dalam sambutannya.
Keberagaman budaya, kata Mendikbud, merupakan identitas kebangsaan Indonesia. Terdapat lebih dari 300 kelompok etnis di Indonesia, dan masing-masing etnis tersebut memiliki seperangkat aturan serta objek budaya yang berbeda. “Bagi kami keberagaman adalah aset yang berharga”, ucapnya.
Pertemuan AMCA tahun ini mengangkat tema “Embracing the ASEAN Culture of Prevention to Enrich ASEAN Identity”. Tema tersebut merupakan kelanjutan dari hasil 31st ASEAN Summit berupa “ASEAN Declaration on Culture of Prevention (CoP)”. Deklarasi tersebut bertujuan untuk menciptakan kedamaian, keterbukaan, kebangkitan, kesehatan, dan masyarakat yang harmonis.
Dengan adanya deklarasi tersebut, menurut Muhadjir, dapat mendorong terbentuknya kebijakan dan inisiatif membangun budaya pencegahan di tingkat pengambil kebijakan untuk selanjutnya diimplementasikan pada masyarakat luas. Selain itu, dapat mendorong dan memperkuat kesadaran serta pola pikir masyarakat dalam mempraktekan nilai-nilai positif.
Lebih lanjut Muhadjir menjelaskan tentang Empat Pilar Kebangsaan yang menjadi pemersatu bangsa. Pilar tersebut adalah Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika.
Lima prinsip Pancasila mengajarkan bangsa Indonesia untuk memiliki sikap toleran, saling menghormati, dan perilaku yang damai. “Pancasila menciptakan persatuan di dalam masyarakat yang majemuk seperti yang dirumuskan ke dalam semboyan negara “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua,” jelas Mendikbud.
Setelah 72 tahun kemerdekaan, kata Mendikbud, Indonesia saat ini sudah memiliki peraturan yang mengatur tentang budaya yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. “Saat ini, kami secara intensif terus mengembangkan dan memaksimalkan produk dan nilai-nilai budaya dengan mendorong dan memfasilitasi masyarakat untuk berpartisipasi lebih aktif,” terang Mendikbud.
Terdapat 4 strategi untuk mengimplementasikan regulasi tersebut yaitu perlindungan, pembangunan, pemanfaatan, dan pembinaan. Lebih lanjut, terdapat 10 obyek yang temasuk dalam regulasi tersebut yaitu tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, dan ritus.
“Indonesia siap untuk berpartisipasi aktif dalam melaksanakan ASEAN Declaration on Culture of Prevention, kami juga mengajak komunitas global melalui inisiasi seperti Bali Promise dan Bali Declaration dari World Culture Forum,” kata Mendikbud.
Sesuai tema “Embracing the ASEAN Culture of Prevention to Enrich ASEAN Identity” dan “Yogyakarta Declaration”, Mendikbud melihat bahwa forum ini adalah tempat yang tepat untuk mempromosikan peradaban persatuan dalam skala yang besar. “Jika anggota ASEAN dapat melaksanakannya, saya percaya bahwa negara lain akan mengikutinya”, tutur Mendikbud.
Pertemuan Menteri Bidang Kebudayaan se-ASEAN atau ASEAN Ministers Responsible for Culture and Arts (AMCA) didahului oleh pertemuan pejabat senior ASEAN yang bertanggung jawab untuk kebudayaan dan seni atau Senior Official Responsible for Culture and Arts (SOMCA) ASEAN yang dibuka pada Senin, 22 Oktober 2018 di Hotel Hyatt Regency, Yogyakarta. Dua pertemuan ini diikuti oleh 81 delegasi dari seluruh anggota negara ASEAN dan 3 negara wicara, yakni Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.
Program Unggulan Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki program unggulan dalam bidang kebudayaan seperti Indonesiana, Kemah di Wilayah Perbatasan, dan Persemaian Budaya. Melalui program ini masyarakat dan generasi muda ditanamkan nilai-nilai positif dari kearifan lokal yang ada.
“Melalui Indonesiana, kami percaya akan menguatkan dan mengembangkan ekosistem budaya masyarakat yang akan mempertahankan kebelangsungan kearifan lokal suatu wilayah dengan memperkenalkan dan melakukan pertukaran budaya. Hal ini dilaksanakan bersama dengan pemerintah daerah, perusahaan swasta, dan komunitas budaya. Saling mengakui dan memahami antar komunitas akan menciptakan keharmonisan, kedamaian, dan persatuan,” ungkap Muhadjir.
Selain program tersebut, Kemendikbud menginisiasi program lainnya yang tidak kalah penting yaitu membentuk Pokok-pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD), merupakan rencana kerja berdasarkan data dan fakta dari masyarakat. Rencana ini membantu Pemerintah dalam mengukur ketercapaian implementasi dari Undang-undang.
Yogyakarta, 24 Oktober 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Sumber : SIARAN PERS Nomor: 209/A5.3/HM/X/2018
Indonesia-Filipina
Genjot Kerjasama Bisnis dan Sosial Budaya
Liputan6.com,
Jakarta Didaulat sebagai Guest
of Honor, Konsul Jenderal Berlian Napitupulu menyampaikan keynoteSpeech pada perayaan Hari Ulang
tahun ke -17 dan Festival Bisnis ke-7(17th CHARTER
ANNIVERSARY &6TH NEGOSYO
FESTIVAL 2017) di Koronadal City (190 tenggara Davao City), Provinsi
South Cotabato Filipina Selatan pada 8 Oktober 2017.
Mengawali pidatonya, Konjen Berlian Napitupulu menyatakan: “Indonesia and Philippines have enjoyed long and
cordial relations, and have many things in common, and I am proud to say that
Philippines is one of the countries that we call as friend as well as brothers.
As President Rodrigo Roa Duterte once said: Indonesia is not only a friend but
also brother to the Philippines”, ujar Konjen Berlian.
Dengan gaya candaannya yang khas, Konjen Berlian menjelaskan dengan
sangat menarik mengenai kedekatan geografis, kemiripan budaya dan bahasa yang
dimiliki oleh masyarakat Mindanao dan Indonesia. Hal-hal tersebut semestinya
memudahkan kita untuk mengenal satu sama lain dan mendorong people-to-people contact.
Untuk itu Konjen mengajak Pemerintah Kota Koronadal dan warganya untuk
menggalang kerja sama yang konkrit dan saling menguntungkan dengan Indonesia,
khususnya dengan Sulawesi dan bagian timur Indonesia yang secara geografis
lebih dekat.
"Hanya 4 jam naik perahu nelayan (pump boat) penduduk Mindanao
sudah bisa mencapai Kepulauan Marore atau Mianggas Provinsi Sulawesi
Utara", tegas Berlian.
"Bidang kerja sama yang bisa majukan antara lain: perdagangan,
kebudayaan, pertukaran pelajar, olah raga termasuktouring sepeda
motor", ujar Konjen. Berlian mengusulkan Touring dati Mindanao ke Manado,
mengingat Walikota Koronadal dr. Peter Miguel adalah Ketua Asosiasi Speda Motor
Nasional Filipina yang sehari sebelumnya mendapat Guinnes Book of
Records.
Usai menyampaikan Keynote
Speech, Konjen Berlian juga diminta menjadi pembicara bersama
Walikota dalam Forum Bisnis Peluang Kerja Sama Indonesia-Mindanao.
Dalam forum yang dihadiri para pelaku usaha dan media setempat, Konjen
Berlian memaparkan potensi kerja sama ekonomi khususnya di bidang perdagangan
dan agroindustri. Konjen menyampaikan bahwa “sebagai produsen utama berbagai
jenis komoditas agrikultur seperti sawit, kopi, kakao, karet, tembakau, cengkeh
dan lainnya, Indonesia mengandalkan sektor agrikultur sebagai basis
perekonomiannya, sebagaimana halnya Mindanao, yang disebut sebagai “the fruit basket of the Philippines”.
“Kendati Indonesia dan Filipina memiliki kesamaan dalam komoditas,
namun bukan berarti kita kompetitor yang saling menghancurkan. Sebaliknya kita
dapat menjalin kerja sama yang komplementer dalam hal ekspor-impor. Kita
dapat meningkatkan kerja sama saling menguntungkan termasuk kerja sama teknis
dan capacity building di
bidang agrikultur” ujar Konjen Berlian.
Berlian juga mengajak agar pengusaha dan masyarakat kedua negara untuk
memanfaatkan konektivitas laut Davao-Gensan-Bitung yang telah diresmikan oleh
Presiden Duterte dan Presiden Joko Widodo di Davao pada April lalu.
Dengan konektivitas tersebut jalur laut yang selama ini 2-3 minggu
telah dipangkas menjadi hanya 36 jam. Logikanya ongkos kapal pun akan menjadi
lebih murah. Kendalanya saat ini adalah minimnya muatan kapal. Tentunya kendala
itu akan teratasi jika kita meningkatkan perdagangan langsung kedua negara
dengan memanfaatkan jalur laut Davao-Bitung secara intensif.
Untuk mendukung upaya itu, KJRI Davao City menyelenggarakan sejumlah
kegiatan promosi seperti 12 trade expo dan 4 business
matchingtrade mission sepanjang tahun ini.
Menanggapi hal tersebut, Walikota Peter B. Miguel turut mengajak para
pengusaha Koronadal untuk memanfaatkan peluang-peluang tersebut dan mendukung
upaya promosi KJRI demi peningkatkan hubungan kerja sama ekonomi kedua wilayah.
Menutup pertemuan tersebut, Konjen kembali menekankan “will continue to promote friendship,
brotherhood, and cooperation mutually beneficial, with one thing in mind: for
the betterment of country Indonesia and Philippines especially Mindanao and for
the benefit and prosperity of our two peoples” yang disambut tepuk tangan
meriah para peserta forum bisnis tersebut.
Sumber
: https://www.liputan6.com/news/read/3133889/indonesia-filipina-genjot-kerjasama-bisnis-dan-sosial-budaya
Comments
Post a Comment